Senin, 12 Maret 2012

sekarang...

bismillah..

Beberapa hari yang lalu, ketika aku benar-benar berjuang atas mimpiku, ada beberapa hal yang kupelajari secara langsung. Salah satunya adalah betapa kemantapan hati yang dikarenakan suatu mimpi yang bervisi, mampu mendongakkan kembali wajahku yang tertunduk, mampu menghentikan kembali airmataku yang terlanjur menganak sungai di pipi, dan mampu membuatku bangkit kembali setelah ku tersungkur. Semua itu karna aku memiliki mimpi yang bervisi dan aku percaya, ada Sang Maha Melihat yang menjadi saksi atas perjuanganku.

Ingatkah, ketika jemari - jemari kita saling berlompatan lincah kesana - kemari dari satu tuts ke tuts yang lain ..? Aku yakin, saat itu, jari kita menari dengan irama yang sama. Mengikuti alunan suara yang entah mengapa hanya bisa didengar oleh hati kita. Hatiku dan hatimu. Dan ketika itu, kita sama-sama tersadar, bahwa karna adanya masing-masinglah, kita bisa tersenyum kembali. Kamulah yang mati-matian percaya, bahwa aku bisa tersenyum kembali. Dan karna akulah, kamu berani melangkah dari memori kelam itu. Dan saat itulah, kita mulai sama-sama menjalin mimpi.

Tapi keakraban kita ternyata tak diijinkan langit. Waktu pun bergulir seperti bola salju. Semakin terasa cepat dan tak bisa dihentikan. Dan kini, kita telah mampu memenuhi berlembar - lembar catatan harian kita. Dan yang mengejutkan, tak ada satu pun nama ku di lembaran diari mu. Begitu pula dengan diari ku.  Yang akhir - akhir ini selalu saja kuisi tentang mimpi besarku.  Ya, kita hanya memang butuh sedikit waktu.. dan waktu telah berbaik hati pada kita hingga bisa menjadi seperti sekarang.. mengobati ketersiksaan kita atas jarak yang ada. Kau bisa kembali merasakan hangatnya warna warni yang semula hanya hitam dan putih, dan akupun bisa kembali tersenyum walau malam telah datang

Dan mimpi itu, telah mengajarkanku tentang 'man jadda wa jadda', Allah sesuai prasangka hambaNya, Allah-lah yang memiliki seribu jalan keluar dari setiap persoalan yang dirasa buntu, keyakinan yang kuat akan Janji dan Kebesaran Allah, Allah-lah yang memiliki hati para hamba-hambaNya, Allah-lah yang berkehendak dan kesulitan pasti diikuti oleh dua kemudahan. Dari sini, aku mulai berani belajar bermimpi, bahwa suatu saat, aku bisa kembali melukis mimpi bersama denganmu. Apakah kini, do'aku masih bisa terdengar oleh hatimu..?

hanya kehendakNYA-lah yang dapat mempersempit jaraj diantara kita..
hanya ketetapanNYA lah yang dapat membawaku menujumu..

Wahai Sang Mentari, Tuan pemegang arloji saku dan kakak pelukis pelangi...

*ternyata isi blog ku banyak menuturkan tentang dirimu.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar