Urgensi Menuntut Ilmu: Manifestasi Ghurabaa Militan Tauhid
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” (QS Al-Alaq :1)
UNDERGROUND TAUHID—Siapa yang tidak tahu bunyi ayat tersebut yang turun kepada Rasulullah Saw? Saya yakin siapapun tahu itu dan sudah hafal diluar kepala. Terlepas dari tafsir para ulama tentang ayat tersebut, kita bisa mengambil hikmah yang sangat penting bahwasanya Islam adalah agama yang sangat mengedepankan ilmu.
Membaca, memang bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan ilmu. Namun makna ‘bacalah’ yang dimaksud dalam ayat tersebut juga bukan ‘membaca’ dalam arti langsung. Karena jika itu yang dimaksud, maka Rasulullah Saw seharusnya adalah orang yang sama sekali tidak dapat melaksanaan perintah tersebut. Masih ingat kan, kalo Rasulullah Saw adalah seorang yang buta huruf? Makna yang terkandung dalam perintah membaca dalam ayat tersebut tentunya sangat erat kaitannya dengan masalah keilmuan.
Tidak ada orang yang mampu memiliki iman yang kuat tanpa ilmu. Tidak ada satupun orang yang mampu beramal dengan benar tanpa ilmu. Tidak ada kemajuan apapun dalam kehidupan manusia jika tidak diiringi dengan kemajuan ilmu yang dimilikinya. Maka ilmu dalam Islam merupakan faktor yang sangat penting untuk membuka pintu-pintu keimanan dan kemuliaan akhlak manusia. Sebagai mana Allah Swt berfirman dalam Al-Quran :
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujaadilah :11)
Ilmu yang Rabbani
Namun, ilmu dalam konteks Islam adalah bukan hanya sekedar segala sesuatu yang sebelum tidak mengerti, lalu kemudian dipelajari dan akhirnya mengerti. Tidak cukup hanya itu. Ilmu dalam Islam harus memberikan dampak langsung terhadap kemajuan keimanan kepada Allah Swt. Ilmu dalam konteks Islam harus menimbulkan konsekuensi peningkatan kualitas ketaqwaan. Bukan justru menjauhkan diri dari nilai-nilai tauhid. Bukan justru membuat keraguan-keraguan dalam hati akan ayat-ayat Allah Swt. Oleh karenanya menuntut ilmu harus selalu dalam koridor metodologi yang Islami pula. Seperti yang Allah Swt firmankan dalam ayat diatas :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” (QS Al-Alaq :1)
Hal ini jelas menuntut ilmu saja tidak cukup. Namun harus “bismirobbikalladzi kholaq”. Dengan menyebut Asma Allah yang menciptakan. Agar ilmu yang didapatkan bisa membawa keberkahan. Agar ilmu yang dipelajari semakin menimbulkan kecintaan yang berlipat ganda kepada Allah Swt.
Bagian yang terakhir ini memang seringkali dilupakan oleh para penuntut ilmu. Mereka belajar, namun sama sekali tidak berdampak terhadap keimanan mereka. Gelar-gelar tinggi yang disematkan di awal dan akhir namanya tidak membuat kecintaan mereka terhadap agama ini bertambah.
Misalnya, dalam mempelajari filsafat Barat dan cabang-cabang keilmuannya. Seringkali orang sudah melakukan kesalahan sejak awal sebelum mempelajari ilmu tersebut karena niatnya. Ketika sejak awal mempelajari ilmu-ilmu tersebut karena mengagumi pemikiran Barat, ingin menguasainya, dan menerapkannya dalam kehidupan nyata, maka disitulah letak kehancuran dirinya. Semangat semacam itulah yang akhirnya melahirkan pemikir-pemikir Jaringan Islam Liberal. Meski mereka menyandang gelar Master dan Doktor, tapi ilmu mereka sama sekali tidak konstruktif terhadap kemajuan Islam. Hukum-hukum Islam justru dijungkir-balikkan dan dipaksa untuk tunduk pada pandangan orientalis Barat yang mereka pelajari.
Ilmu yang semacam itu jelas kontra terhadap ilmu yang Rabbani. Karena seluruh ilmu didunia ini adalah milik Allah Swt. Otomatis dampaknya adalah justru semakin mendekatkan diri pada Sang Pencipta ilmu itu sendiri. Jika ada ilmu yang justru bertentangan dengan ilmu Allah Swt, maka sudah pasti harus di hindari.
Kaidah Menuntut Ilmu
Agar menuntut ilmu tidak terjerumus pada kesesatan, maka ada kaidah-kaidah yang harus kita perhatikan. Pertama, belajar ilmu, khususnya ilmu tentang Islam, harus melalui pembimbingan yang berkesinambungan dari mentor/ustad/ulama. Jangan belajar Islam secara otodidak! Karena ilmu tentang Islam tidak bisa dipelajari seperti kita belajar main musik. Jika kita memaksakan diri belajar secara otodidak, maka sudah bisa dipastikan akan tersesat. Ambil saja contoh ketika seseorang memaknai Asma Allah sebagai As-Sami’ atau Yang Maha Mendengar, bisa aja orang terjerumus pada pemahaman bahwa Allah Swt juga memiliki telinga, karena Dia bisa mendengar. Padahal haram memaknai Allah Swt disamakan dengan makhlukNya.
Kedua, mempelajari Islam harus merujuk pada Al-Qur’an, hadits, disertai dengan pemahaman yang benar terhadap keduanya, seperti pemahaman yang dipakai oleh Rasulullah Saw, para fuqaha dan mayoritas ulama ahlussunnah wal jamaah sepanjang sejarah umat Islam. Hal ini sangatlah penting dijadikan pegangan. Hafal dalil-dalil Al-Quran dan Hadits saja tidak cukup! Kalo itu saja dicukupkan, maka pemahaman sesat yang disebarkan oleh orang-orang Jaringan Islam Liberal, Ahmadiyah, Syiah, LDII/Lemkari itu bukanlah minim dalil Quran dan Hadits. Mereka sangat piawai dalam membenarkan kesesatan mereka dengan menggunakan 2 dalil tersebut. Tapi apakah lalu kita dengan mudah bisa percaya dengan mereka? Jawabnya, BIG NO! Mengapa? Karena pemahaman dari dalil-dalil yang sudah mereka sebutkan itu bukanlah pemahaman yang dipakai oleh Rasulullah Saw, salafush shalih, dan mayoritas ulama-ulamaahlussunnah wal jamaah sepanjang sejarah Islam. Pemahaman mereka terhadap dalil tergolong yang diada-adakan, alias bid’ah.
Ghurabaa Militan Tauhid dan Kegiatan Keilmuan
Ghurabaa Militan Tauhid (GMT) merupakan sebuah komunitas dakwah dikalangan underground yang mengedepankan pendidikan Islam. Kami belajar dari kebangkitan Islam di masa lalu yang tidak pernah luput dari faktor keilmuan yang dikuasai oleh umat Islam ketika itu. Dan kami pun paham bahwa faktor yang menyebabkan kehancuran Islam juga disebabkan oleh jauhnya umat Islam dari ilmu. Maka membangun peradaban Islam kembali di masa mendatang tidak cukup hanya bermodalkan jumlah kuantitas yang melimpah akan umat ini saja, tapi didalamnya kering ilmu dan minimnya kualitas ruhiyah. Perjuangan mengembalikan Islam di urutan atas diantara umat lainnya haruslah dimulai dengan menguatkan tradisi keilmuan didalam tubuh umat.
Hal ini seiring dengan program-program tarbiyah GMT yang ada di beberapa kota. Seperti misalnya di Surabaya dan Jakarta (dan sekitarnya), kami memiliki program-program pembinaan yang diadakan secara rutin. Di Surabaya dan Jakarta sudah terbentuk halaqah-halaqah ilmu yang mendidik para Ghurabaa dari komunitas punk, hardcore, hip-hop, dan metal untuk belajar Islam dari basic (dasar). Selain itu di Surabaya juga diadakan kajian-kajian pemikiran Islam dan kajian media/jurnalistik Islam. Hasil nyata yang dihasilkan adalah media-media seperti SA’I Zine, SUB CHAOS Zine, dan SIASAT ‘Zine. Lalu diikuti dengan terbitnya beberapa media lain seperti MANA Zine, SEIZE Zine, ULTRASSAFINAH Zine yang lebih tersegmen kepada dakwah dikampus-kampus.
Program-program pendidikan dalam Ghurabaa Militan Tauhid banyak mengadopsi strategi Rasulullah Saw dalam membangun peradaban Madinah, yang akhirnya meluas hingga ke 2/3 belahan dunia. Dimulai dari gerakan perbaikan dalam scope individual. Lalu bersinergi dalam institusi-institusi kecil seperti keluarga, lalu berkembang pada gerakan-gerakan yang berskala sosial kemasyarakatan, sampai akhirnya (kembali) menegakkan suatu ‘negara’ yang Rabbani. Sebagaimana yang dikatakan seorang ulama, bahwa menciptakan peradaban Islam membutuhkan 2 bahan baku utama, yaitu SISTEM dan MANUSIA. Dan saat ini, Allah Swt sudah memberikan sistem itu kepada kita, yaitu Al Quran dan As Sunnah. Selanjutnya Ghurabaa Militan Tauhid yang menjadi salah-satu gerakan yang mempersiapkan bahan baku lainnya, yaitu MANUSIA. Manusia yang memiliki kualitas ketauhidan yang tinggi. Manusia yang mau menjunjung tinggi nilai-nilai Islam untuk dijadikan solusi bagi setiap problematika kehidupan individunya, masyarakatnya dan negaranya.
Allahu Akbar!!!
(Aditya Abdurrahman, Direktur Media dan Komunikasi Ghurabaa Militan Tauhid, 28-03-2012, 10:29)
http://www.undergroundtauhid.com/urgensi-menuntut-ilmu-manifestasi-ghurabaa-militan-tauhid/
http://www.undergroundtauhid.com/urgensi-menuntut-ilmu-manifestasi-ghurabaa-militan-tauhid/