Jumat, 30 Maret 2012

urgensi menuntut ilmu

Urgensi Menuntut Ilmu: Manifestasi Ghurabaa Militan Tauhid

  

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” (QS Al-Alaq :1)
UNDERGROUND TAUHID—Siapa yang tidak tahu bunyi ayat tersebut yang turun kepada Rasulullah Saw? Saya yakin siapapun tahu itu dan sudah hafal diluar kepala. Terlepas dari tafsir para ulama tentang ayat tersebut, kita bisa mengambil hikmah yang sangat penting bahwasanya Islam adalah agama yang sangat mengedepankan ilmu.
Membaca, memang bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan ilmu. Namun makna ‘bacalah’ yang dimaksud dalam ayat tersebut juga bukan ‘membaca’ dalam arti langsung. Karena jika itu yang dimaksud, maka Rasulullah Saw seharusnya adalah orang yang sama sekali tidak dapat melaksanaan perintah tersebut. Masih ingat kan, kalo Rasulullah Saw adalah seorang yang buta huruf? Makna yang terkandung dalam perintah membaca dalam ayat tersebut tentunya sangat erat kaitannya dengan masalah keilmuan.
Tidak ada orang yang mampu memiliki iman yang kuat tanpa ilmu. Tidak ada satupun orang yang mampu beramal dengan benar tanpa ilmu. Tidak ada kemajuan apapun dalam kehidupan manusia jika tidak diiringi dengan kemajuan ilmu yang dimilikinya. Maka ilmu dalam Islam merupakan faktor yang sangat penting untuk membuka pintu-pintu keimanan dan kemuliaan akhlak manusia. Sebagai mana Allah Swt berfirman dalam Al-Quran :
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujaadilah :11)

Ilmu yang Rabbani
Namun, ilmu dalam konteks Islam adalah bukan hanya sekedar segala sesuatu yang sebelum tidak mengerti, lalu kemudian dipelajari dan akhirnya mengerti. Tidak cukup hanya itu. Ilmu dalam Islam harus memberikan dampak langsung terhadap kemajuan keimanan kepada Allah Swt. Ilmu dalam konteks Islam harus menimbulkan konsekuensi peningkatan kualitas ketaqwaan. Bukan justru menjauhkan diri dari nilai-nilai tauhid. Bukan justru membuat keraguan-keraguan dalam hati akan ayat-ayat Allah Swt. Oleh karenanya menuntut ilmu harus selalu dalam koridor metodologi yang Islami pula. Seperti yang Allah Swt firmankan dalam ayat diatas :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” (QS Al-Alaq :1)
Hal ini jelas menuntut ilmu saja tidak cukup. Namun harus “bismirobbikalladzi kholaq”. Dengan menyebut Asma Allah yang menciptakan. Agar ilmu yang didapatkan bisa membawa keberkahan. Agar ilmu yang dipelajari semakin menimbulkan kecintaan yang berlipat ganda kepada Allah Swt.
Bagian yang terakhir ini memang seringkali dilupakan oleh para penuntut ilmu. Mereka belajar, namun sama sekali tidak berdampak terhadap keimanan mereka. Gelar-gelar tinggi yang disematkan di awal dan akhir namanya tidak membuat kecintaan mereka terhadap agama ini bertambah.
Misalnya, dalam mempelajari filsafat Barat dan cabang-cabang keilmuannya. Seringkali orang sudah melakukan kesalahan sejak awal sebelum mempelajari ilmu tersebut karena niatnya. Ketika sejak awal mempelajari ilmu-ilmu tersebut karena mengagumi pemikiran Barat, ingin menguasainya, dan menerapkannya dalam kehidupan nyata, maka disitulah letak kehancuran dirinya. Semangat semacam itulah yang akhirnya melahirkan pemikir-pemikir Jaringan Islam Liberal. Meski mereka menyandang gelar Master dan Doktor, tapi ilmu mereka sama sekali tidak konstruktif terhadap kemajuan Islam. Hukum-hukum Islam justru dijungkir-balikkan dan dipaksa untuk tunduk pada pandangan orientalis Barat yang mereka pelajari.
Ilmu yang semacam itu jelas kontra terhadap ilmu yang Rabbani. Karena seluruh ilmu didunia ini adalah milik Allah Swt. Otomatis dampaknya adalah justru semakin mendekatkan diri pada Sang Pencipta ilmu itu sendiri. Jika ada ilmu yang justru bertentangan dengan ilmu Allah Swt, maka sudah pasti harus di hindari.

Kaidah Menuntut Ilmu
Agar menuntut ilmu tidak terjerumus pada kesesatan, maka ada kaidah-kaidah yang harus kita perhatikan. Pertama, belajar ilmu, khususnya ilmu tentang Islam, harus melalui pembimbingan yang berkesinambungan dari mentor/ustad/ulama. Jangan belajar Islam secara otodidak! Karena ilmu tentang Islam tidak bisa dipelajari seperti kita belajar main musik. Jika kita memaksakan diri belajar secara otodidak, maka sudah bisa dipastikan akan tersesat. Ambil saja contoh ketika seseorang memaknai Asma Allah sebagai As-Sami’ atau Yang Maha Mendengar, bisa aja orang terjerumus pada pemahaman bahwa Allah Swt juga memiliki telinga, karena Dia bisa mendengar. Padahal haram memaknai Allah Swt disamakan dengan makhlukNya.
Kedua, mempelajari Islam harus merujuk pada Al-Qur’an, hadits, disertai dengan pemahaman yang benar terhadap keduanya, seperti pemahaman yang dipakai oleh Rasulullah Saw, para fuqaha dan mayoritas ulama ahlussunnah wal jamaah sepanjang sejarah umat Islam. Hal ini sangatlah penting dijadikan pegangan. Hafal dalil-dalil Al-Quran dan Hadits saja tidak cukup! Kalo itu saja dicukupkan, maka pemahaman sesat yang disebarkan oleh orang-orang Jaringan Islam Liberal, Ahmadiyah, Syiah, LDII/Lemkari itu bukanlah minim dalil Quran dan Hadits. Mereka sangat piawai dalam membenarkan kesesatan mereka dengan menggunakan 2 dalil tersebut. Tapi apakah lalu kita dengan mudah bisa percaya dengan mereka? Jawabnya, BIG NO! Mengapa? Karena pemahaman dari dalil-dalil yang sudah mereka sebutkan itu bukanlah pemahaman yang dipakai oleh Rasulullah Saw, salafush shalih, dan mayoritas ulama-ulamaahlussunnah wal jamaah sepanjang sejarah Islam. Pemahaman mereka terhadap dalil tergolong yang diada-adakan, alias bid’ah.

Ghurabaa Militan Tauhid dan Kegiatan Keilmuan
Ghurabaa Militan Tauhid (GMT) merupakan sebuah komunitas dakwah dikalangan underground yang mengedepankan pendidikan Islam. Kami belajar dari kebangkitan Islam di masa lalu yang tidak pernah luput dari faktor keilmuan yang dikuasai oleh umat Islam ketika itu. Dan kami pun paham bahwa faktor yang menyebabkan kehancuran Islam juga disebabkan oleh jauhnya umat Islam dari ilmu. Maka membangun peradaban Islam kembali di masa mendatang tidak cukup hanya bermodalkan jumlah kuantitas yang melimpah akan umat ini saja, tapi didalamnya kering ilmu dan minimnya kualitas ruhiyah. Perjuangan mengembalikan Islam di urutan atas diantara umat lainnya haruslah dimulai dengan menguatkan tradisi keilmuan didalam tubuh umat.
Hal ini seiring dengan program-program tarbiyah GMT yang ada di beberapa kota. Seperti misalnya di Surabaya dan Jakarta (dan sekitarnya), kami memiliki program-program pembinaan yang diadakan secara rutin. Di Surabaya dan Jakarta sudah terbentuk halaqah-halaqah ilmu yang mendidik para Ghurabaa dari komunitas punk, hardcore, hip-hop, dan metal untuk belajar Islam dari basic (dasar). Selain itu di Surabaya juga diadakan kajian-kajian pemikiran Islam dan kajian media/jurnalistik Islam. Hasil nyata yang dihasilkan adalah media-media seperti SA’I Zine, SUB CHAOS Zine, dan SIASAT ‘Zine. Lalu diikuti dengan terbitnya beberapa media lain seperti MANA Zine, SEIZE Zine, ULTRASSAFINAH Zine yang lebih tersegmen kepada dakwah dikampus-kampus.
Program-program pendidikan dalam Ghurabaa Militan Tauhid banyak mengadopsi strategi Rasulullah Saw dalam membangun peradaban Madinah, yang akhirnya meluas hingga ke 2/3 belahan dunia. Dimulai dari gerakan perbaikan dalam scope individual. Lalu bersinergi dalam institusi-institusi kecil seperti keluarga, lalu berkembang pada gerakan-gerakan yang berskala sosial kemasyarakatan, sampai akhirnya (kembali) menegakkan suatu ‘negara’ yang Rabbani. Sebagaimana yang dikatakan seorang ulama, bahwa menciptakan peradaban Islam membutuhkan 2 bahan baku utama, yaitu SISTEM dan MANUSIA. Dan saat ini, Allah Swt sudah memberikan sistem itu kepada kita, yaitu Al Quran dan As Sunnah. Selanjutnya Ghurabaa Militan Tauhid yang menjadi salah-satu gerakan yang mempersiapkan bahan baku lainnya, yaitu MANUSIA. Manusia yang memiliki kualitas ketauhidan yang tinggi. Manusia yang mau menjunjung tinggi nilai-nilai Islam untuk dijadikan solusi bagi setiap problematika kehidupan individunya, masyarakatnya dan negaranya.
Allahu Akbar!!!
(Aditya Abdurrahman, Direktur Media dan Komunikasi Ghurabaa Militan Tauhid, 28-03-2012, 10:29)

http://www.undergroundtauhid.com/urgensi-menuntut-ilmu-manifestasi-ghurabaa-militan-tauhid/

urgensi berharokah

Noviyanti : Mengapa Perlu Berharokah..??

  

Kolom Tanya jawab adalah kolom yang disediakan oleh Ghurabaa (Militant Tauhid) untuk para Ghurabaa diseluruh Indonesia, agar dapat berbagi berbagai macam hal yang menyangkut proses tarbiyah (pembelajaran) Islam. Pertanyaan seputar Aqidah, Pemikiran, Fikih hingga curhatan masalah pribadi untuk saling memotivasi dalam kebaikan Islam. Kolom ini diasuh langsung oleh Kang Thufail Al Ghifari.
Tanya jawab kali ini dengan Mba Noviyanti berdomisili di Pekanbaru
Noviyanti: assalamu’alaikum…
ana mau tanya ustadz thufail,, ustadz hizbut tahrir, tarbiyah atau tidak mengikuti harokah apapun???
Thufail Al Ghifari : walaikumsalam, pertanyaan cenderung ashobiyah sekali ya, kenapa perlu menanyakan pertanyaan seperti itu ukhti?
saya mendukung semua gerakan yang memperjuangan syariat meskipun polanya bermacam – macam :)
Noviyanti : gag,, hanya tak ingin salah paham. sekarang kan jelaz. saya juga punya pendapat yang sama. dakwah kan tak perlu terkotak-kotak. apapun jenis harokahnya, bila sama-sama bertujuan mencari ridho ALLAH, berarti semuanya sama. hanya cara dan metodenya sajja berbeda. :)
Thufail Al Ghifari : memang kalau orang yang berharokah salah ya mba? :)
Noviyanti : gag lah. pasti mas thufail lebih mengerti. tapi, pada kenyataannya,, ada beberapa teman2 yang berharokah yang ana lihat malah menimbulkan kesan pengkotakan dalam dakwah. seolah merasa, harokah yang ini salah, yang itu salah dan yang benar hanya yang mereka ikuti. tapi gag semua juga. banyak juga temen2 yang berharokah yang malah bisa menjadi inspirasi. jujur sajja, saya juga berharokah. dan mungkin saya yang termasuk bandelnya, saya mengikuti suatu harokah, tapi saya selalu merasa senang berdiskusi dengan teman2 di luar harokah saya. bahagia sajja mendengar pandangan2 mereka yang menakjubkan…:)
Thufail Al Ghifari : hehehe saya sebenarnya berharokah. Saya tumbuh dan besar terutama dalam amal ibadah dan pemikiran bersama jamaah tarbiyah. saya banyak tersibghoh oleh pemikiran Ikhwanul Muslimin. tapi saya juga dekat dengan banyak sahabat di luar jamaah saya..
setiap orang berproses dalam keislamannya, biasanya orang yang suka mendebatkan permasalahan uslub atau perbedaan metode gerakan, bisa jadi karena ia belum pernah melihat ruangan besar dari tantangan dakwah yang sesungguhnya, karena itulah ia lebih asyik dengan sudut pandang dia sendiri. Teman teman yang merasa harokahnya benar sendiri, mungkin karena mereka belum menemukan wawasan wawasan yang hanya bisa kita temukan dengan berproses bersama kehidupan itu sendiri.
kita tidak boleh menyalahkan mereka, tapi biarlah setiap kita belajar dari perjalanan hidup kita, terutama dari kesalahan kesalahan kehidupan kita. untuk menjadi lebih dewasa, matang dan objektif juga proporsional ketika berbicara mengenai dakwah itu sendiri. Dakwah tanpa sebuah jamaah yang tidak terarah juga adalah euforia. Sloganisme adalah buah dari euforia itu sendiri. dan Allah sangat tidak menyukai Sloganisme (61:1-2).
Islam adalah Islam, harokah hanyalah sarana dimana gagasan tentang penerapan kecemerlangan islam itu sendiri memang perlu digagas secara berjamaah. karena Allah suka kita berperang dalam barisan yang teratur laksana bangunan yang kokoh.
Namun dalam prosesnya Ali ra pun pernah mengingatkan kita bahwa menyatukan 2 orang jenderal itu lebih sulit daripada menggabungkan 1000 orang bodoh. ketika kita semua merasa paling tahu, pada saat itulah kita semua selalu memposisikan diri kita sebagai jenderal. Merendahlah seperti air, air selalu mencari tempat paling rendah di muka bumi ini, dan setiap proses ia menuju tempat terendah itu justru ia bisa mengalir indah memberikan banyak manfaat bagi yang telah dilaluinya. itulah hakikat dakwah mba, BANYAK BEKERJA bukan BANYAK BICARA :) . BANYAK MENGHASILKAN bukan BANYAK BERDEBAT.
Noviyanti : syukron atas penjelasannya..
senang berdiskusi dengan ustadz…:)

diambil dari http://www.undergroundtauhid.com/277/

Sabtu, 24 Maret 2012

dalam tangis haruku, terselip juga iriku..

bismillah...

Mencoba me-rewind apa yang aku rasa waktu itu...

Memang sudah sifatku suka menebak-nebak. Dan kebetulan bahkan kebanyakan dari tebakanku itu benar. Maka tak jarang aku menjadi tempat curhat dari beberapa adik angkatan. Mudahnya, aku bisa 'membaca' orang.

Aku menebak, sahabatku sedang taaruf dg mas'ul kami. Dengan penuh canda, terus kugoda sahabatku itu sambil kpancing-pancing. Dan tiba-tiba, jawaban itu pun muncul. "iya, mba. Sama mas X." Allohuakbaaaaarr..

Tapi, entah mengapa, serta merta aku langsung menitikkan airmata. Benar-benar menetes.. aku juga bingung. Kenapa aku menangis.. seharusnya aku bahagia.. Seharusnya aku ikut senang atas kebahagiaan sahabatku itu. Akhirnya doa yang dia panjatkan, untuk dipertemukan dg jodoh terbaiknya (insyaAllah), untuk segera menikah, akhirnya terjawab sudah.

Aku sebenarnya sudah ada firasat, bahwa mas'ul kami sudah lama menyisipkan nama sahabatku itu di dalam doa-doanya. Di tiap istikhorohnya. Karna, sekali lagi, aku lumayan bisa membaca orang. Dan kini, dugaanku terjawab. Do'a mas'ul kami terjawab. Do'a yang slama ini blio panjatkan. Do'a yang slama ini blio mohonkan. Dan aku sungguh2 terharu atas itu. Karna mas'ul kami sangat pintar dalam menyimpan perasaan. Sungguh, mencintai seseorang dalam diam sungguhlah terlihat anggun dan memesona.. Akhirnya, doanya slama ini menuai jawab.. dan aku pun sungguh terharu..

dan, aku juga merasa sedih. Jujur, aku juga sama inginnya seperti sahabatku itu. Aku sudah merindukan hadirnya seorang yang menentramkan disampingku.. tak lupa ku slalu sisipkan dalam sujud-sujudku, dalam istikhorohku, dalam hajatku.. siapakah gerangan..? siapakah yang akan menjadi zaujanku..? mengapa Engkau mengabulkan doa sahabatku sementara doaku Kau tunda pengabulannya..? Sampai kapankah aku harus menunggu jawabmu Ya Rabb..? Aku iri. Sungguh, aku iri.. Iri atas doanya yang terkabul. Iri atas betapa mudahnya jalan yang Kau berikan padanya. Iri betapa cepatnya dia menuai jawabMu. Iri karna Kau memberinya Zaujan yang insyaAllah sholih.. Iri, iri dan iri.. Sungguh, ada rasa sakit di dada walau sedikit..

Dan aku pun jujur kapada sahabatku itu.. Aku meminta maaf padanya. Maaf, seharusnya aku turut bahagia atas kabar itu. Tapi entah mengapa aku iri padamu.. Dan dengan rendah hati, dia membesarkan hatiku. Dia memakluminya. Karna itu wajar. Seperti ketika aku akhirnya wisuda, sementara dia masih berkutat dg skripsinya. Dia juga berkata jujur padaku, bahwa saat syukuran wisudaku, dia juga iri, kapan dia juga akan mengenakan baju dan topi toga yang saat itu sedang kupakai.. Lalu, kami pun menangis bersama.. Tanpa penjelasan lagi.. tanpa kata-kata lagi.. dan kami pun tenggelam dalam pelukan sembari membiarkan airmata ini mengalir dan berhenti dg sendirinya...

Sungguh indah, persahabatan karna Allah.. :')

Dan, sungguh beruntungnya sahabatku tsb, karna ada seorang ikhwan sholih (insyaAllah) yang selalu menyelipkan namanya di tiap tahajudnya, di tiap isitkhorohnya, di tiap sujudnya, di tiap doanya

Apakah aku akan seberuntung dirimu, duhai sahabatku..? :') apakah ada seorang ikhwan sholih diluar sana yang selalu menyelipkan namaku di tiap doa-doanya...? entah.. :') semoga..

Selasa, 20 Maret 2012

kupu dalam kotak kaca

Tak dinyana, ada seekor kupu mungil yang terbang mendekat dan membisikkan suatu hal indah padaku.. 'wahai, kupu putih yang sungguh beruntung, sungguh, kau terjaga baginya..' lalu, ia pun terbang pergi...

Ah, apa maksudnya..? Aku pun terdiam.. perlahan.. hatiku bisa melihat semua, dan aku mengerti. Ternyata, olehnya aku diletakkan di dalam sebuah kotak kaca. Kotak kaca bagi hatinya. Ya, Engkau memang seperti itu, kak.. berpendirian teguh. Ucapanmu adalah titah bagi dirimu sendiri. Untuk ditaati, bukan untuk ditoleransi apalagi dilanggar.

Sebuah kotak kaca, yang menahan diriku dari sentuhan dan suaramu. Sebuah kotak kaca, yang acuh membisu walau di dalamnya ku berteriak bahkan meronta. Engkaupun bergeming, melihatku terbang kesana kemari penuh tanya. Mungkin inilah mengapa dengan penuh kesadaran, Engkau mengunci kotak ini dan menyimpan kuncinya jauh entah dimana. Yang kaupun sulit untuk menjangkaunya. Agar tidak mudah kau buka, dan kembali menjagaku dalam dekap tanganmu yang lembut.

Sebuah kotak kaca, yang hanya terlihat olehmu dan olehku. Sebuah kotak kaca, antara hatimu dan hatiku.

Aku akan menunggumu, Kak..
Menunggu saat - saat Kau telah yakin akan tanganmu yang tak akan mengotori sayapku..
saat Kau telah yakin akan genggamanmu yang tak akan melukai sayapku..
saat Kau yakin, kemanapun aku terbang, aku pasti akan kembali ke dalam dekapan tanganmu yang lembut dan nyaman..

Terimakasih kak.. karna ini perhargaan tertinggti bagiku.. darimu..

Kamis, 15 Maret 2012

jangan katakan...

Jangan katakan jika..
kau mempersilahkan sahabatmu untuk melamarku seperti Ali yang mempersilahkan Abu Bakar..

Jangan katakan jika..
kau meyakini bahwa dia lebih layak dibandingan dirimu seperti Ali yang yakin bahwa Umar lebih layak..

Jangan katakan jika..
kau mengutamakan kebahagiaanku di atas cintamu..

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian atau pengorbanan. 

Ah.. sampai kapankah kau akan terus mempersilahkan orang lain..? kapankah kau akan mengambil kesempatan..? Belajarlah keberanian dari Ali.. dan jadilah Raja atas dirimu..

Selasa, 13 Maret 2012

tentang ketakutan..

bismillah...

Entah kenapa, akhir - akhir ini mendapati teman - teman yang memiliki suatu ketakutan tertentu yang REPOTNYA, ketakutan tsb membuatnya berhenti melangkah atau bahkan mengambil langkah mundur. Padahal yang mereka pikirkan dan takutkan adalah hal yang belum terjadi atau bahkan BELUM TENTU terjadi.

Sahabatku si A, anaknya memang serba ceplas ceplos dan apa adanya. Apa yang dia ucapkan ya itulah yang ada di pikirannya. Lalu, suatu ketika, si A menyakiti hati si perempuan tanpa di sengaja. Maksudnya baik, yaitu untuk memberi nasehat pada perempuan tsb karna dia sudah melakukan suatu hal yang kurang tepat. Namun, yang aku lihat cara si A dalam menyampaikan nasehat bisa dibilang kurang ahsan. Karna di depan orang banyak dan pasti perempuan tsb malu bukan main. Terlepas dari dia telah melakukan hal yang kurang tepat.

Ingat perkataan Imam Syafi'i
“Nasehati aku di kala kita hanya berdua.
Jangan meluruskan aku ditengah ramai.
Sebab nasehat didepan banyak manusia,
Terasa bagai hinaan yang membuat hatiku luka.”
(Imam Asy-Syafi’i rahimahullah)

Lalu, setelah kejadian tsb, si A bertekad untuk membatasi komunikasi dg perempuan tsb karna TAKUT jika seperti yang sudah2, kata2nya jadi tidak terkendali dan akhirnya menyakiti hati perempuan itu lagi. Hhhhh.. Sikap ini sungguh disayangkan. Kenapa tidak saja dia ubah ketakutan itu menjadi pemicu agar dia lebih pintar dalam memilih dan memilah kata? agar dia lebih bisa under control dalam keadaan se-emosi apapun? kenapa malah mengambil langkah mundur..?? terlalu takut kah..??

Sahabatku si B. Sifatnya yang supel memudahkan untuk mendapat kenalan baru dimanapun dia berada. teman-temannya pun banyak yang dari luar kota. Suatu ketika dia berkenalan dengan seorang perempuan (lagi). Pertemanan itu sudah berjalan selama 3 bulan. Dan dia merasa ada yang berbeda. Dia merasakan suatu hal yang aneh. Hmmm.. semua orang kalo lihat n kenal dia, pastilah bisa bialng kalau dia telah jatuh cinta. Karna hampir setiap hari mereka berinteraksi (yang menurutku sudah diluar batas kewajaran).

Namun, yang bikin aku gemes adalah sahabatku ini bahkan tidak mau mengakui apa yang dia rasa sekarang. tidak mau untuk mengambil 1 langkah konkrit yang setidaknya membuat hubungan mereka menjadi jelas.
Ta'aruf. Hal ini dikarenakan traumanya akan masa lalu. Dimana dia pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan (yang juga baru beberapa bulan dikenalnya), namun tiba-tiba perempuan itu menghilang tiada kabar. Dan ketika perempuan itu kembali, dia sudah menikah dg pria lain. Dengan kata lain, 'keduluan orang'..

Menurut analisaku, kejadian tsb karena sahabatku ini ga maju-maju alias stuck alias nggantung-in perasaaan orang. Yah, bagi sebagian wanita, hubungan yang tidak jelas ini tentu saja tidak mengenakkan. Menunggu kepastian yang tidak pasti. Karna tidak ada satupun kalimat dari sahabatku yang mengatakan bahwa dia ingin menikah dg si perempuan walaupun tersirat sekalipun. Jadi, salah siapa? makanya, take action donk.. ndak gelo meneh.. :D

Dan sahabatku si C, karna ada suatu musibah yang menimpa keluarganya, dia bertekad untuk menyelesaikan studinya serta membuat keluarganya bangga akan hasil studinya. Dan di tengah - tengah masa tsb, tiba2 dia diberi amanah oleh teman - temannya untuk menjadi ketua umum dalam suatu organisasi. Kabar terakhir yang aku dapat, dia masih belum menyetujui untuk mengambil amanah tsb. Katanya 'berat'.

Hei, berat? kata siapa berat? apa dia sudah pernah menjalani..?? lalu, apa yang dia takutkan? TAKUT studinya berantakan seperti yang lalu-lalu kah? TAKUT  mengecewakan keluarga lagi kah? TAKUT mengecewakan teman-teman karna tidak bisa maksimal berkontribusi kah? hmmm..

dari ketiga cerita nyata di atas, ketakutan-ketakutan tsb jelaslah suatu hal yang belum terjadi. Memang, dengan mengambil langkah mundur, kejadian tsb PASTI tidak akan terjadi. Tapi, apakah seperti itu mental seorang pria tangguh? kemana keberanianmu? ketakutan itu hanya imajinasi, hanya hasil dari pikiran - pikiran yang dikomando oleh hati yang ciut..


LIhatlah Ali, dia berani meminang Fatimah walaupun dia hanya seorang pemuda miskin..

dan ingatlah kalimat indah yang Allah bisikkan merdu ke Rasulullah yang kita cintai..
"Aku tergantung bagaimana cara hamba-Ku memandang" HR. Bukhari dan Muslim

dan bukankah was-was, khawatir dan takut itu adalah bisikan dari syetan..??


Akhuna... bergeraklah. Jangan takut. Karna ketakutanmu itu belum pasti terjadi.
Siapa tahu, dg tetap jalannya komunikasi kalian, kalian akan semakin pandai dan bijak dalam bertutur kata, dalam berucap, dan komunikasi yg terjalin pun semakin berkualitas tanpa harus berkurang intensitasnya. *sahabatku si A
Siapa tahu, perempuan tsb menyambut hangat janji masa depan yg kau tawarkan.. *sahabatku si B
Siapa tahu, dg diambilnya amanah tsb, kau menjadi semakin terpicu utk benar-benar memanajemen waktumu dg sangat baik, hinga rasanya 24 jam dalam seharipun kau rasa belum cukup.. *sahabatku si C


d last.. quote of d day...
qta dilahirkan bukan untuk berani..tapi karna keberanian lah sehingga qta bisa lahir..
bertindak tidak perlu berani,tapi karna bertindak qta menjadi berani..

Senin, 12 Maret 2012

pahlawan kehidupan

Ketika kita dihadapkan oleh sebuah masalah, di tengah2 itulah kita harus tetap mempertahankan iman. Setidaknya itu yg harus dilakukan oleh para pahlawan, seperti ungkapan Anis Matta, Lc dalam bukunyaMencari Pahlawan Indonesia yg menyatakan bahwa kesulitan atau masalah adalah rintangan yg diciptakan oleh sejarah dalam perjalanan dalam menuju kepahlawanan.


Seperti juga masalah, ada bentuk lain dari rintangan yg menghadang seorang pahlawan yaitu musibah. Musibah disini adalah sebuah bencana yg menimpa seseorang yg mempengaruhi seluruh kepribadiannya dan jalan hidupnya. Misalnya kematian orang terdekat yg dialami oleh Rasulullah SAW yaitu saat meninggalnya Khadijah dan pamannya Abu Thalib. Hal yg sangat berat dari musibah itu adalah yg menimpa fisik dan mempengaruhi ruang gerak seorang pejuang, misalnya kebutaan, ketulian dan kelumpuhan. Kenyataan seperti itu tentunya sangat membatasi ruang gerak dan menciptakan keterbatasan lainnya. Namun, masalah sesungguhnya dalah bukan disana. Tapi Inti persoalannya ada pada GONCANGAN JIWA yg mungkin ditimbulkan oleh musibah tsb. GONCANAN JIWA itulah yg biasanya MENGUBAH ARAH KEHIDUPAN SESEORANG.


Akan tetapi, para pahlawan SELALU menemukan celah di balik kebuntuan dan memiliki secercah cahaya harapan di balik gelapnya kehidupan.

Hal pertama yg mereka lakukan saat musibah datang adalah mempertahankan ketenangan.  Sebab, inilah akar keseimbangan jiwa yg membuat seseorang melihat panorama hidup n tegar di depan goncangan-goncangan hidup.



yang kedua adalah mempertahankan harapan.  Sebab harapan adalah -- kata Rasulullah SAW -- adalah rahmat Allah kepada umatNya.  Jika bukan karna harapan, tidak akan ada orang yg menanam pohon, tidak akan ada ibu yg mau menyusui anaknya.  Harapan adalah buah dari kepercayaan terhadap rahmat Allah dan juga kemampuan Allah untuk melakukan apa saja yg Ia kehendaki.

yang ketiga adalah mempertahankan keberanian.  Keberanian adalah buah dari kepercayaan diri yang kuat dan juga hasil dari tekad yg membaja.  Keberanian dibutuhkan untuk menembus keterbatasan-keterbatasan pada ruang gerak n hambatan yg tercipta akibat perubahan pada image diri.

Da, yg keempat adalah  mempertahankan semangat kerja di tengah - tengah keterbatasan tsb.    Dalam banyak kasus, ternyata keterbatasan - keterbatasan itu justru menjadi motivasi untuk lebih fokus dg konsentrasi yg kuat pada arah n target yg telah dibuat.  Yang dilakukan disini adalah memenuhi ruang yg tersedia dg amal n karya.


Begitulah para pahlawan menelusuri musibah.  Maka, kebutaan tidak akan menghambat Syaikh Abdul Aziz bin Baz merebut takdirnya sebagai ulama besar.  Ketulian juga gagal mencegat perjalanan Musthafa Shadiq Ar-Rafi'i menuju puncak sebagai salah satu sastrawan muslim besar.  Kelumpuhan juga menyerah di depan tekad baja Syaikh Ahmad Yassin yg menjadi mujahid besar, bukan saja melawan Israel tapi bahkan menantang dunia.



---oOo--- cobaan itu tergantung tingkat keimanan seseorang ---oOo---



Muhammad Abu Ayyas
1 Desember 2011


#hasil ubek2 TL juga.. n___n

biarkan saja ia pergi...

Tentang hati. Lagi-lagi adalah hal yang tak habis untuk dibahas. Antunna pernah merasa jatuh cinta atau ditinggalkan cinta? Ahh..lebay ya. Hehehe
Okok. Bukan itu maksudnya hanya saja kita sebagai wanita memiliki hati yang begitu “lembut”, bahkan saking lembutnya kita seringkali menangis untuk hal-hal yang tidak pantas untuk kita tangisi. Ya. Tentang hati ! Orang yang punya hati sudah pasti bisa merasa berbunga tapi juga bisa menitikkan gerimis yang akhirnya membadai,perih. Apalagi kita, karena kita adalah  wanita.
Pernah mengagumi seseorang? atau bahkan menyayangi seseorang? Baik itu ia tau atau tidak, tapi kita telah menyimpan “sesuatu” untuknya,di dasar hati kita. Sesuatu itu bernama harapan. Tiap kita memang memiliki harapan yang berbeda tapi disini yang ayu bicarakan adalah sebuah harapan tertinggi dan suci tentang cinta yaitu pernikahan. Mungkin kita pernah berharap pada seeorang yang “menurut” kita baik, hingga harapan itu kian dalam tertambat padanya. Berharap agar ia menjadi imam kita. Tapi ketika harapan-harapan itu tak jua menjadi nyata, akhirnya kita terjatuh. Setelah kita sempat terbang melayang beberapa detik kemudian kita jatuh, tersungkur.
Ya. Sakit memang, ada banyak sekali alasannya. Entah itu karena ia telah menikah dengan akhwat lain atau ia lebih memilih akhwat lain, akan lebih menyakitkan lagi ketika ia pernah “memberikan” harapan itu dengan janji-janjinya. Lalu ia pergi begitu saja tanpa tau bahwa ketika ia memutuskan untuk pergi,ternyata ada luka di hati kita.
Lelaki kadang memang sulit untuk dimengerti, mudah sekali berjanji, mudah sekali mengucapkan kata-kata manis, mudah sekali “merapuhkan” hati wanita. Andai saja mereka tau itu…
Hai lelaki, taukah kau?
Bahwa kau dicipta bukan untuk merenggut hati kami secara paksa? tapi kau ada,justru untuk melindungi dan memperlakukan kami dengan baik, memberikan hak-hak kami sebagai wanita. Kami tak butuh janji tapi kami butuh kesungguhan hati.
Tak taukah kau? Bahwa Allah mencatat semua yang kau janjikan itu. Allah tau..apa-apa yang telah kau lakukan hingga kami mengisi hati kami dengan namamu?
Sungguh. kami adalah saudarimu, yang harus kau jaga hatinya. Bukan untuk kau kotori apalagi kau sakiti..
Hmm, begitulah ketika kita hanya menggantungkan harapan pada hati manusia. Bukankah hati manusia itu mudah sekali terbolak-balik? Dan karena ada tempat bergantung yang jauh lebih baik dari itu. Allah. Allah Tahu,apa-apa yang terbaik bagi kita, bahkan ketika kita menilainya tak baik sekalipun. Karena Ia punya rencana lebih indah dalam hidup kita yang mungkin kita tak tahu sebelumnya.
Pernah mendengar kalimat ini ukht?
“Mungkin Allah terlebih dulu mempertemukan kita dengan orang yang “salah” sebelum kita bertemu dengan orang yang “benar”, agar ketika kita bertemu dengan orang yang benar itu,kita bisa bersyukur lebih banyak”.
Ya. memang begitulah. Dan itu nyata karena Ayu pernah mengalaminya sendiri (doh,malah curhat..hehehe). Oke. Sudah mellownya? jangan nangis ya ukht….hehehe. Nahh sekarang saatnya bersemangat lagi!!
Berapa sih jumlah lelaki baik di dunia ini? 1 dari 10? 1 dari 100? Atau 1 dari 1000? Ahh., kok kita segini jahat menilai lelaki.hehehe. Pada dasarnya tiap orang memiliki kebaikannya masing-masing dan kalo bisa dibilang, tiap laki-laki itu baik.
Hanya saja, apakah kita akan berhenti menilai hanya sampai kata “baik” itu? Tidak! karena baik itu bisa dilakukan oleh siapapun. Tapi ada batasan lain yaitu “Shalih”. Karena keshalihan seorang lelaki bisa mewakili banyak hal, shalih ilmunya, akhlaknya, pribadinya. Dan satu lagi, seorang lelaki shalih pasti akan selalu menjaga hati kita. Ia, hanya akan mencintai kita karena berharap pada cintaNya. Karena itulah,lelaki shalih tak kan mudah mengumbar janji karena yang ia inginkan adalah pertemuan yang jauh lebih suci.
Begitu mahal harga keshalihan saat ini. Hanya lelaki yang mencintaiNya saja yang memiliki keshalihan itu.
Ya, begitu saudariku. Tak usah bersedih. Karena air mata kita jauh lebih berharga bila harus keluar hanya untuk menangisi seseorang yang tak pantas untuk kita tangisi. Karena di luar sana Allah pasti telah menyiapkan seorang lelaki shalih untukmu dan pasti Allah akan memberikannya di saat yang tepat nanti…
303026 320227641321172 100000018151442 1351200 395022139 n Biarkan saja ia pergi...
It’s dedicated for : Saudari-saudariku yang pernah merasakan sakitnya berharap.
Tenanglah ukhti. Lihatlah keluar sana, langit masih selalu biru dan terlalu indah bila hanya untuk melihat mendung di wajahmu….^____^
Ahad,24 Oktober 2010

lilin harapan


Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

“Akulah HARAPAN.”


Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!
(emotivasi)

*hasil ubek2 TL,, ^^

sekarang...

bismillah..

Beberapa hari yang lalu, ketika aku benar-benar berjuang atas mimpiku, ada beberapa hal yang kupelajari secara langsung. Salah satunya adalah betapa kemantapan hati yang dikarenakan suatu mimpi yang bervisi, mampu mendongakkan kembali wajahku yang tertunduk, mampu menghentikan kembali airmataku yang terlanjur menganak sungai di pipi, dan mampu membuatku bangkit kembali setelah ku tersungkur. Semua itu karna aku memiliki mimpi yang bervisi dan aku percaya, ada Sang Maha Melihat yang menjadi saksi atas perjuanganku.

Ingatkah, ketika jemari - jemari kita saling berlompatan lincah kesana - kemari dari satu tuts ke tuts yang lain ..? Aku yakin, saat itu, jari kita menari dengan irama yang sama. Mengikuti alunan suara yang entah mengapa hanya bisa didengar oleh hati kita. Hatiku dan hatimu. Dan ketika itu, kita sama-sama tersadar, bahwa karna adanya masing-masinglah, kita bisa tersenyum kembali. Kamulah yang mati-matian percaya, bahwa aku bisa tersenyum kembali. Dan karna akulah, kamu berani melangkah dari memori kelam itu. Dan saat itulah, kita mulai sama-sama menjalin mimpi.

Tapi keakraban kita ternyata tak diijinkan langit. Waktu pun bergulir seperti bola salju. Semakin terasa cepat dan tak bisa dihentikan. Dan kini, kita telah mampu memenuhi berlembar - lembar catatan harian kita. Dan yang mengejutkan, tak ada satu pun nama ku di lembaran diari mu. Begitu pula dengan diari ku.  Yang akhir - akhir ini selalu saja kuisi tentang mimpi besarku.  Ya, kita hanya memang butuh sedikit waktu.. dan waktu telah berbaik hati pada kita hingga bisa menjadi seperti sekarang.. mengobati ketersiksaan kita atas jarak yang ada. Kau bisa kembali merasakan hangatnya warna warni yang semula hanya hitam dan putih, dan akupun bisa kembali tersenyum walau malam telah datang

Dan mimpi itu, telah mengajarkanku tentang 'man jadda wa jadda', Allah sesuai prasangka hambaNya, Allah-lah yang memiliki seribu jalan keluar dari setiap persoalan yang dirasa buntu, keyakinan yang kuat akan Janji dan Kebesaran Allah, Allah-lah yang memiliki hati para hamba-hambaNya, Allah-lah yang berkehendak dan kesulitan pasti diikuti oleh dua kemudahan. Dari sini, aku mulai berani belajar bermimpi, bahwa suatu saat, aku bisa kembali melukis mimpi bersama denganmu. Apakah kini, do'aku masih bisa terdengar oleh hatimu..?

hanya kehendakNYA-lah yang dapat mempersempit jaraj diantara kita..
hanya ketetapanNYA lah yang dapat membawaku menujumu..

Wahai Sang Mentari, Tuan pemegang arloji saku dan kakak pelukis pelangi...

*ternyata isi blog ku banyak menuturkan tentang dirimu.. :)

Jumat, 02 Maret 2012

rinduku padamu wahai pemuda

bismillah..

Baru saja selesai menonton film "Di bawah Lindungan Ka'bah". Bener-bener bikin 'mbrambang'.. atau mungkiin pada dasarnya aku yang cengeng.. hehehe :') Ah, ya. Mungkin, ini hanya film romansa yg berbalut islami, sperti KCB, ayat2 cinta, dll. Tentang kisah cinta beda strata yang tidak bisa bersatu di dunia hingga akhir, namun menyatu di dunia sana. Yeah, klasik, dikisahkan dg alur yg lumayan lambat tapi feel-nya dapet. Lalu, karna kisah cinta ala romi dan juli ini kah yg tlah membuatku menangis terisak..? bukan.. :) karna ini "banyak sisi". Mari, kita lihat dari sisi lain.. :)

Dikisahkan orang tua Zainab memiliki pekerja di rumahnya--seorang ibu-ibu--yang memiliki anak bernama Hamid. Sudah bisa ditebak, bahwa pasti kedua insan ini akan saling jatuh cinta. Ya, mereka saling cinta, namun sepanjang film tsb, sama sekali tak ada satupun dialog yang menyatakan bahwa mereka saling cinta. Perasaan mereka hanya digambarkan dengan kebersamaan - kebersamaan yang tidak mesra juga tidak intim, tetapi cukup hangat. Semisal, berhujan-hujan ria sepulang dari pertemuan yang tak terduga di pasar, sekedar berbincang dari balik pagar rumah Zainab, dll.

Di film ini, ada beberapa adegan yang sangat kusuka.
Pertama, ketika mereka berdua berdiri di pantai, dan Zainab menanyakan apa keinginan terbesar Hamid. Hamid menjawab, dia ingin pergi ke Mekah. Tentu saja ada raut kecewa di wajah Zainab, karna dia kira, dialah impian terbesar Hamid. Karna dia tahu, Hamid juga mencintainya. Sedangkan apakah impian Zainab? :) Yap. Betul. Zainab ingin agar bisa menikah dengan orang yang dia cintai dan mencintai dia. Namun disini, Zainab tidak menyebutkan nama 'Hamid'. Keinginan tersirat yang sungguh anggun.. :')

Kedua, ketika Hamid duduk berhadap-hadapan dg Ayah Zainab. Karna Ayah Zainab akan pergi ke Mekah beberapa hari lagi, beliau bertanya kepada Hamid, doa apa yang ingin dititipkan. Hamid menjawab, ingin didoakan agar bisa pergi ke Mekah seperti beliau. Bukan agar bisa menikah dg gadis yang dicintainya. Dan tentu saja kali ini, Zainab pun berwajah muram ketika mendengarnya dari jauh.

Ketiga, ketika Hamid telah memiliki sebungkus perhiasan emas warisan dari ibunya yg telah meninggal. Bukan rumah Zainab yang ia datangi lalu melamarnya, tapi Hamid lebih memilih untuk pergi ke Mekah tanpa bisa bertemu dengan Zainab.

--------oOo--oOo--------
Di scene yang pertama dan kedua, bisa saja Hamid berkata bahwa ia ingin bisa menikah dengan gadis pujaannya. Tapi kenapa dia tetap berucap ingin ke Mekah..? Ya, karna cintanya kepada Allah dan rindunya ke Mekah MELEBIHI rindu dan cintanya kepada Zainab. Cinta, sebuah rasa yang sedang menggebu-gebu di usianya yang masih muda, di usianya yang sudah pantas untuk menikah.

Di jaman seperti sekarang, dimana dunia lebih melenakan dibanding kenikmatan surga yg abadi, dimana urusan dunia lebih menyita waktu yg hanya ada 24 jam dibanding urusan akhirat, adakah pemuda seperti Hamid? Adakah? Semoga ada. Ah, tidak, pasti ada. Apakah dia..? atau dia yang lain..? atau bahkan kamu..? |
Yang pasti, aku sangat ingin bertemu dan mengenalmu wahai pemuda..  Aku rindu untuk mengenalmu lebih dekat.. Karna kamu mampu mewujudkan cintamu padaNya menjadi nyata. menjadi sebentuk gerak - gerik dan kata-kata, yang darinya memancar aura cinta dg warna-warni yg teramat sangat indah untukNya, rindu yang teramat sangat besar hingga rasa-rasanya, dadamu yang sudah bidang dan kokoh itu menjadi terasa sangat sempit dan lemah karna tak mampu lagi menampung rindu yang menyesak dan menyeruak. Karna dengan mengenalmu, dunia yang berkali-kali mampu membuatku menoleh padanya, menjadi tak berarti apa - apa. Mewujud menjadi sebusir pasir di telapak tanganku.

Mungkin hanya dengan menatapmu saja, airmataku kembali bisa berderai karna kagumku yang teramat sangat. Kau mampu mengalahkan keinginan - keinginan lain, dimana menikah sudah menjadi suatu keinginan yang mendesak/urgent di usia yang sekian, dimana pekerjaan adalah modal kebanyakan yang dilihat sang calon mertua untuk melamar anak gadisnya, dimana motor/mobil dan rumah adalah nilai plus nya walopun mengandalkan kredit, dimana BERHAJI adalah wajib HANYA bagi yang mampu saja. Tapi kau sebenar-benarnya sadar, bahwa MAMPU menurut Allah, bukanlah MAMPU dalam hal HARTA..

teruntuk dirimu, aku pinta temuilah aku segera. Dan buatlah aku kagum akan besarnya cinta dan rindumu untukNya.. dan pasti setelahnya, aku pasti akan mencintaimu karna Allah, inshaAllah.. :')